Senyum Divya Hapus Kesedihan Sang Bunda
Indri melihat hasil USG bayi dalam kandungannya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi ia senang hingga meneteskan air mata bahagia karena bayi dalam kandungannya berjenis kelamin perempuan. Namun air mata itu juga adalah air mata kesedihan ketika dokter kandungan menyampaikan bahwa janin dalam kandungannya mengalami kelainan sumbing.
Indri memiliki paman yang menderita sumbing. Teringat atas kondisi pamannya itu Indri resah dan berdoa agar hasil USG salah. Sebab kehidupan penderita sumbing penuh dengan derita dan pengucilan. Kenyataan yang akan terjadi pada anak perempuannya.
Ahmad, sang suami sama terkejutnya. Namun ia berusaha keras untuk menekan kesedihan demi menghibur Indri. Penghasilannya sebagai sopir truk di sebuah perusahaan kelapa sawit tidak seberapa, namun Ahmad bertekad akan melakukan apa pun untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan putrinya.
Kabar tersebut menguncang Ros, ibunda Indri. Ia langsung merasa bersalah. Adik lelakinya menderita sumbing. Ros merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa cucunya. Ia kemudian meminta maaf kepada Ahmad, suami Indri. Namun, Ros tetap tegar demi putri dan calon cucunya. Ia berjanji akan melakukan semua yang ia bisa untuk mendukung mereka.
Mengetahui anaknya menderita sumbing lebih awal menjadi sebuah keuntungan dengan demikian keluarga Indri bisa menabung untuk biaya operasi. Sekaligus belajar bagaimana merawat anak dengan sumbing.
Rasa cemas Indri tak kunjung sirna. Ketika tanggal persalinannya semakin dekat, Ros khawatir stres yang dialami putrinya akan mempengaruhi bayi dan menyulitkan proses persalinan. Ros berhasil meyakinkan Indri untuk pergi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas modern meski dengan perjuangan menempuh waktu tujuh jam perjalanan. Sepanjang perjalanan, Indri terus berharap hasil USG itu salah.
Ketika Divya lahir, tidak ada lagi yang bisa menyangkalnya. Semuanya terjadi. Berbulan-bulan persiapan akhirnya ia dihadapkan pada kenyataan anaknya lahir dengan kelainan dan sangat membutuhkan bantuan. “Saya merasa kecewa pada Tuhan karena menempatkan pada situasi seperti ini,” katanya. “Saya bahkan tidak ingin menggendong atau memeluknya.”
Keesokan harinya, dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Divya, menatap wajah Ibunya dan seolah merajuk berkata "Peluk aku, Mama." Bahkan dalam kondisi tertekan sekalipun, Indri tak kuasa menahan diri. Ia memeluk erat bayinya untuk pertama kalinya dan sejak itu tak pernah melepaskannya.
Divya adalah bayi yang manis. Sejak lahir, ia selalu tersenyum dan jarang menangis kecuali saat lapar minta menyusu. Keluarganya bergurau bahwa Divya tidak ingin merepotkan orang tuanya. Kondisi ini sangat mereka syukuri namun demikian bayi dengan sumbing memiliki kebutuhan makan khusus yang sering tidak terpenuhi. Ketika Divya mencoba menyusu, ASI keluar dari hidungnya atau mengalir ke paru-parunya dan membuatnya tersedak. Indri menghubungi rumah sakit untuk meminta bantuan dan untungnya pihak rumah sakit melatih cara menyusui dengan benar.
Sementara itu, keluarga tekun menyisihkan uang dan bekerja serabutan sebanyak mungkin agar tabungan cukup agar Divya bisa dioperasi. Dengan harapan nantinya Divya bisa makan, berbicara, dan tersenyum seperti anak-anak lainnya.
Saat Divya berusia dua bulan, Indri menerima sebuah pesan yang mengubah segalanya.
Seorang kerabat yang tinggal tak jauh dari kota Pekanbaru mengabarkan, Divya dapat menjalani operasi yang ia butuhkan secara gratis di Rumah Sakit Ibnu Sina. Indri langsung menelepon Rumah Sakit Ibnu Sina. Beberapa hari kemudian, Divya dijadwalkan menjalani operasi sumbing gratis saat ia berusia tiga bulan, usia yang paling dini untuk operasi sumbing.
Indri, Ahmad, dan seluruh keluarga mencintai Divya apa adanya. Mereka tetap menganggap senyum Divya dari bibirnya yang sumbing adalah senyum yang paling manis. Hingga mereka melihat perubahan putrinya usai dioperasi.
Senyum baru Divya sekarang jauh lebih manis dari sebelumnya. Terlebih lagi sekarang Divya bisa makan, bernapas, dan berbicara dengan lebih baik. Kelak ia bisa pergi ke sekolah, mengejar mimpi dan mengapai cita-cita dengan kesehatan dan kepercayaan diri yang baik.
"Kami sangat berterima kasih kepada Smile Train dan Dentsply Sirona yang telah mensponsori operasi yang sangat baik untuk anak kami tanpa biaya serta dokter yang sangat baik dan ramah," kata Indri, sambil memeluk Divya erat dan tersenyum bahagia. "Kami berharap Divya akan terinspirasi oleh bantuan yang diterimanya dan terdorong menyelesaikan sekolah dan kuliahnya untuk menjadi seorang guru atau dokter yang bisa membantu orang-orang kurang mampu dan membutuhkan."